Refleksi Maulid Nabi Muhammad Saw - MAULID NABI

Refleksi Maulid Nabi Muhammad Saw - MAULID NABI - Hai Para Rebahanners Santri Kuliah, Di Artikel kali ini Mimin Mau Share Refleksi Maulid Nabi Muhammad Saw - MAULID NABI, Untuk Pembaca Boleh Di share artikel ini



Semangat Pembebasan Nabi
Oleh: Didi Junaedi

Saat ini, kalau kita cermati kondisi bangsa Indonesia pada umumnya, serta masyarakat muslim khususnya, ada sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan, yaitu semakin memudarnya identitas sebagai sebuah bangsa, lebih-lebih sebagai seorang muslim.

Krisis identitas tengah melanda seluruh sendi kehidupan. Bangsa yang dulu dikenal dengan sopan santunnya, adat ketimurannya, serta nilai-nilai agamanya, kini seakan-akan tidak peduli lagi dengan seperangkat nilai-nilai normatif, baik yang terdapat dalam sebuah masyarakat, lebih-lebih yang diajarkan oleh agama.

Baca Juga : SHOLAWAT NABI DAN AMALAN ISTIMEWA DI BULAN ROBIUL AWAL - 

Dalam pandangan Penulis, semakin memudarnya identitas masyarakat muslim saat ini, bermula dari adanya krisis keteladanan.

Dalam kehidupan modern dewasa ini, kita melihat banyak terjadi krisis keteladanan baik dalam rumah tangga, masyarakat, ataupun bangsa. Para orang tua sudah tidak dapat lagi menjadi panutan bagi anak-anaknya. Para pemimpin sudah tidak lagi mengindahkan norma-norma agama, sehingga tidak dapat menjadi panutan masyarakat. Para penegak hukum sudah tidak lagi bersikap adil dalam memutuskan perkara, serta para pejabat tidak lagi memedulikan nasib rakyat.

Bermula dari kenyataan ini, maka pelbagai tindakan amoral dan asusila serta berbagai penyakit sosial muncul di masyarakat.

Untuk itu, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad Saw, melalui tulisan ini  penulis mengajak kita semua merefleksi kembali sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw. sebagai cerminan kehidupan kita, sehingga setiap ucapan, tindakan serta perilaku kita sejalan dengan ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw.

Lahirnya Sang Pembebas

Peristiwa kelahiran seorang anak manusia, pada hakekatnya adalah sebuah peristiwa biasa yang terjadi di muka bumi ini. Menjadi luar biasa, ketika sosok yang lahir ke muka bumi ini kemudian kelak menjadi manusia yang mampu mewarnai sejarah dengan tinta emas perjalanan hidupnya. Dia mampu mengubah sebuah tatanan kehidupan masyarakat di berbagai sendi kehidupan, mendobrak kejumudan menjadi pencerahan, menghilangkan ketertindasan menjadi keberdayaan dan keadilan, serta menjunjung tinggi semangat perdamaian dan persamaan di atas pertikaian dan perbedaan.

Serangkaian catatan perjalanan hidup yang penuh dengan semangat perubahan (transformasi) dan perbaikan (reformasi) inilah yang membedakan sosok manusia yang satu dengan lainnya. Dan ini yang terdapat pada diri Rasulullah Muhammad Saw. Sehingga pantas, peristiwa kelahiran beliau kemudian menjadi momen bersejarah yang selalu diingat dan diperingati oleh umatnya.

Mari kita sejenak melihat kondisi sosio-kultural ketika Nabi Muhammad dilahirkan di Mekah. Para sejarawan menyebut masa itu sebagai zaman jahiliyah. Masyarakat Mekah pada waktu itu adalah masyarakat yang buta huruf. Sejarawan Muslim kenamaan, Al-Thabari, serta sejarawan lainnya memperkirakan hanya ada 17 orang yang melek huruf. Memang, masyarakat Arab pada waktu itu, menganggap belajar baca-tulis adalah suatu hal yang sia-sia dan hanya buang-buang waktu saja. Kondisi demikian ini yang pada gilirannya menyebabkan mereka berpikir sempit.

Baca Juga : Sungguh, Akhlaknya (Nabi Muhammad SAW) adalah Al-Qur’an - Maulid Nabi

Kenyataan juga menunjukkan bahwa mereka sulit sekali menerima keberadaan orang lain di luar sukunya. Mereka selalu menganggap bahwa hanya suku atau kelompoknya yang paling baik dan berkuasa. Maka, ketika semangat kesukuan itu disinggung atau dinodai oleh suku lainnya, tidak jarang terjadi pertumpahan darah yang berlangsung sampai beberapa generasi.

Di sisi lain, kehidupan keagamaan pada masa jahiliyah juga tidak kalah buruknya. Paham paganisme (penyembahan terhadap berhala) menjadi keyakinan yang mendarah daging bagi masyarakat Arab ketika itu. Bahkan, menurut catatan sejarah setiap suku memiliki berhala sendiri. Takhayul bagi mereka adalah sebuah agama yang kuat, seluruh sendi kehidupan mereka dikendalikan oleh takhayul.

Kenyataan lain yang memprihatinkan pada masa itu adalah berkenaan dengan posisi perempuan. Perempuan sama sekali tidak dihargai eksistensinya sebagai seorang manusia yang punya hak dan martabat sama dengan kaum laki-laki. Posisi mereka, baik secara sosial, ekonomi maupun politik tidaklah bebas. Bahkan mereka dianggap sebagai beban hidup.

Dalam kondisi masyarakat yang demikian bobrok di berbagai sendi kehidupan inilah, seorang anak manusia yang kelak merombak seluruh tatanan kehidupan jahiliyah menjadi masyarakat yang beradab dengan pancaran sinar ilahi lahir, dialah Muhammad saw.

Baca Juga : MAKNA IBADAH MANUSIA TERHADAP ALLAH SWT. 

Membebaskan yang Tertindas

Seiring perjalanan waktu, Muhammad Saw. kemudian benar-benar mengejutkan kota Mekah pada usia 40 tahun untuk membebaskan masyarakat Mekah dan juga seluruh umat manusia.

Setelah menerima risalah Ilahiyah berupa wahyu sebagai tanda bahwa beliau diangkat oleh Allah sebagai Rasul, kemudian beliau berpikir dan berjuang keras untuk membebaskan masyarakat Arab dari kemusyrikan, kebodohan, penderitaan, penindasan, serta memperjuangkan harkat dan maratabat manusia sesuai dengan kodratnya.

Secara bertahap, beliau mengubah keyakinan masyarakat Arab yang diliputi oleh paham kemusyrikan dan beragam bentuk takhayul menuju masyarakat tauhid. Beliau mengajarkan tentang pentingnya ilmu pengetahuan untuk membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kejumudan. Dan, beliau juga mengangkat harkat dan martabat wanita, sehingga mereka tidak lagi dianggap sebagai warga kelas dua yang termarginalkan.

Proses pembebasan masyarakat dari beragam bentuk jahiliyah; baik dalam bidang akidah, ibadah, ilmu pengetahuan, sosial-politik-ekonomi dan segala sendi kehidupan ini berlangsung kurang lebih selama 23 tahun masa kenabiannya. Dalam rentang waktu tersebut, beliau berhasil memberikan pencerahan, mengubah tatanan kehidupan masyarakat menjadi lebih religius, egaliter dan toleran.

Baca Juga : KEUTAMAAN MAULID

Di bawah bimbingannya, masyarakat Arab bukan hanya membebaskan diri mereka sendiri, tetapi juga membebaskan masyarakat lainnya dengan cara menghancurkan dua kerajaan dunia yang menindas, yakni Romawi dan Sassanid. Berkat kemenangan yang gemilang atas dua kerajaan besar itu, mereka dianggap sebagai pembebas oleh masyarakat yang tertindas.

Singkatnya, lahirnya sosok Muhammad di tengah kondisi masyarakat yang rusak baik agama maupun moralnya tersebut, mampu menghadirkan sebuah semangat pembebasan (liberatif), pencerahan (enlightenment) dan perbaikan (reformasi).

Akhirnya, di tengah kondisi bangsa yang tengah dirundung pelbagai persoalan ini, semoga hadir sosok manusia-manusia pembebas, yang mampu menyinergikan antara komitmen vertikal-spiritual dan horisontal-sosial demi terciptanya masyarakat yang berorientasi pada nilai-nilai ilahiah dan nilai-nilai insaniyah secara bersamaan.


* Ruang Inspirasi, Minggu 10 November2019

/